MANAJEMEN STRATEGI WASH PROFESIONAL




MANAJEMEN STRATEGI WASH PROFESIONAL
Alternatif Pengembangan Sekolah Berprestasi
di SLB-B YRTRW Surakarta

BEST PRACTICES

disajikan dalam rangka Pemilihan Kepala Sekolah Berdedikasi

Jenjang SDLB Tingkat Nasional

Tahun 2015



oleh
Sutandi, S.Pd.
Kepala SDLB-B YRTRW Surakarta

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
DINAS PENDIDIKAN
2015
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama                           : Sutandi, S.Pd.
NIP                             : 19600325 198509 1 001
Pangkat/Golongan      : Pembina /IV a
Jabatan                                    : Kepala SDLB-B YRTRW Surakarta
                                                           
Menyatakan bahwa karya tulis saya yang berjudul ” Manajemen Strategi Wash Profesional (Alternatif Pengembangan Sekolah Berprestasi)” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.


Surakarta,     Juli 2015
Yang membuat pernyataan,




Sutandi, S.Pd.
NIP 19600325 198509 1 001


HALAMAN PENGESAHAN


Penyusun Karya Tulis                         : Sutandi, S.Pd.
NIP                                                     : 19600325 198509 1 001
Pangkat/Golongan                              : Pembina /IV a
Jabatan                                                            : Kepala SDLB-B YRTRW Surakarta
Judul Karya Tulis                                : Manajemen Strategi Wash Profesional
   (Alternatif Pengembangan Sekolah
   Berprestasi)

Telah memenuhi syarat, dan karya tulis ini disetujui/disyahkan untuk diusulkan sebagai bentuk karya ilmiah  serta dapat diajukan dalam pemilihan  Kepala Sekolah  SDLB Berdedikasi Tingkat Nasional Tahun 2015.


Surakarta,     Juli 2015
Mengetahui :                                                               Peserta,
Kabid PTK Dinas Dikpora Kota Surakarta                                                   




Drs. SULARDI, M.Pd.                                                         Sutandi, S.Pd.                                                       
 NIP  19600111 198201 1015                                    NIP 19600325 198509 1 001

PRAKATA

            Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., mengiringi selesainya penyusunan karya tulis yang berjudul “Manajeman Strategi Wash Profesional, Alternatif Pengembangan Sekolah Berprestasi di SLB-B YRTRW Surakarta”.
            Karya tulis ini merupakan pengalaman di lapangan yang sudah penulis lakukan selama menjalankan tugas sebagai kepala sekolah di SLB-B YRTRW Surakarta. Sehubungan dengan adanya Pemilihan Kepala Sekolah Berdedikasi Jenjang SDLB Tingkat Provinsi Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, penulis menyertakan karya tulis ini sebagai salah satu syarat mengikuti kegiatan tersebut.
            Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada
1.   Etty Retnowati, S.H.,M.H., Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta yang memberikan pengarahan dan motivasi dalam berbagai aktivitas;
2.   Drs. Abdullah, M.Pd., Pengawas PLB wilayah Surakarta yang telah memberi dukungan dan motivasi; dan
3.   rekan-rekan guru dan staf SLB-B YRTRW Surakarta yang telah bekerja keras, cerdas, dan ikhlas dalam mengelola proses pembelajaran yang berkualitas.
            Semoga budi baik yang telah diberikan kepada penulis secara tulus dan ikhlas mendapatkan pahala dari Allah Swt. Penulis menyadari tidak menutup kemungkinan  karya tulis ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari segi isi dan cara penyajian. Oleh karena itu, tegur sapa dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
            Semoga percik pemikiran sederhana ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Luar Biasa
                                                                                    Surakarta,     Juli 2015           
                                                                                    Sutandi, S.Pd.



ABSTRAK


Sutandi. 2015. Manajemen Strategi Wash Profesional (Alternatif Pengembangan Sekolah Berprestasi) di SLB-B YRTRW Surakarta. Best Practices disusun dalam rangka Pemilihan Kepala Sekolah PK Berdedikasi tingkat Nasional.

Pengembangan sekolah agar lebih berprestasi menjadi tema sentral dalam peningkatan mutu pendidikan. Tidak terkecuali SLB-B YRTRW Surakarta yang senantiasa berjuang untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Karya tulis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai: (1) pengembangan sekolah berprestasi melalui manajemen strategi Wash profesional dan (2) hasil dari pelaksanaan program pengembangan sekolah berprestasi melalui manajemen strategi wash profesional dan (3) dampak pelaksanaan manajemen strategi wash profesional.
Karya tulis ini merupakan pengalaman pelaksanaan manajerial di SLB-B YRTRW Surakarta dalam bentuk best practices. Pengalaman selama lima tahun melaksanakan program pengembangan sekolah berprestasi melalui manajemen strategi wash profesional terdiri atas (1) work profesional; (2) appearance profesional; (3) speak profesional; dan (4) honour profesional.
Hasil dari pelaksanaan program pengembangan sekolah berprestasi melalui manajemen strategi wash profesional adalah (1) terbentuknya kesadaran bekerja sepenuh hati dan kerja keras; (2) terbentuknya penampilan diri yang menarik; (3) terjalinnya komunikasi yang bagus antarwarga sekolah; dan (4)  terwujudnya pelayanan yang maksimal. Hasil konkrit dari penerapan manajemen strategi wash profesional adalah perubahan yang sangat drastis perolehan nilai ujian nasional dari tahun ke tahun. Tahun pertama menjabat nilai rata-rata UN: 6,6; tahun kedua: 7; tahun ketiga: 7,2; tahun keempat: 7,7 dan tahun kelima: 8,1.
Adapun dampak, terjalinnya Networking (jejaringan) kerja sama semakin luas. Hal ini tercermin SLB-B YRTRW Surakarta sering menerima kunjungan dari perguruan tinggi, dari sekolah-sekolah mitra, maupun instansi lain
Berdasarkan pengalaman ini direkomendasikan agar (1) sekolah perlu menjalin kerjasama, keterbukaan, dan membentuk  tim work dengan melakukan analisis strengths, weakness, opportunities, threats (SWOT);(2) guru perlu melakukan kegiatan PKB dengan memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi; dan (3)  diseminasi manajemen strategi wash profesional  yang sudah dilakukan SLB-B YRTRW Surakarta ke kelompok kerja kepala sekolah perlu ditindaklanjuti ke sekolah-sekolah sehingga pengembangan sekolah dapat dilakukan secara holistik.

Kata kunci: pengembangan, sekolah berprestasi, manajemen strategi wash
             Profesional.




DAFTAR ISI
JUDUL ..........................................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................
ii
PENGESAHAN.............................................................................................
iii
PRAKATA ………………………………………………………………….
iv
ABSTRAK ………………………………………………………………….
v
DAFTAR ISI ………………………………………………...……………..
vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
A.    Latar Belakang Masalah ...................................................................
B.     Permasalahan  ....................................................................................
C.     Strategi Pemecahan Masalah .............................................................
1.      Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah ………………………...
2.      Tahapan Operasional Pelaksanaanya …………………………...
BAB II PEMBAHASAN …... ...................................................................
A.    Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah.................................
B.     Hasil Pelaksanaan Manajemen Strategi Wash Profesional ……….
1.      Kesadaran Bekerja Sepenuh Hati ……………………………….
2.      Berpenampilan Diri Menarik …………………………………...
3.      Komunikasi Bagus ……………………………………………...
4.      Pelayanan Maksimal ……………………………………………
C.     Dampak Penerapan Strategi Wash Profesional di SLB-B YRTRW Surakarta ……………………………………………………………
D.    Kendala-kendala yang Dihadapi …………………………………...
E.     Faktor-faktor Pendukung …………………………………………...
F.      Alternatif Pengembangan …………………………………………...
BAB III SIMPULAN DAN REKOMENDASI  ….............................
A.    Simpulan ……………………………………………………………
B.     Rekomendasi ……….……............................................................
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………...…….
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1
1
2
3
3
4
6
6
6
6
7
8
8

10
11
11
12
13
13
14
15


DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Prestasi Ujian Nasional Tahun 2005-2010 ……………………..
1
Tabel 1.2 Beberapa Lomba Yang pernah Diikuti pada Periode 2005-2010..



DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1  Bagan Tahapan Operasional Pelaksanaan Strategi Wash   Profesional ……………………………………....................
Gambar 2.1  Kegiatan Penerimaan PPL UNS dan POLTEKS ……………
Gambar 2.2  Aktivitas Pembelajaran Student Centered  ……………….....
Gambar 2.3  Kegiatan Pembelajaran TIK ………………………………...
Gambar 2.4 Guru mendidik dfengan jiwa kasih sayan ikhlas dan optimal
Gambar 2.5 Prestasi siswa dalam bidang akademik ……………………....
Gambar 2.6 Prestasi siswa dalam bidang non akademik ………………….
Gambar 2.7 Guru mendidik dengan jiwa kasih sayang, ikhlas dan optimal ……
Gambar 2.8 Networking dengan UNS, Sekolah mitra dan Poltekes ……………


4
6
7
8
8
9
9
10
11 


DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1  Prestasi Sebelum Menerapkan Manajemen Strategi Wash Profesional …………………………………….......................
Grafik 2.2  Prestasi Sebelum Menerapkan Manajemen Strategi Wash Profesional …………………………………….......................


9

9


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Mewujudkan sekolah berprestasi telah menjadi cita-cita penulis, khususnya ketika penulis diangkat  sebagai kepala sekolah di SLB-B YRTRW Surakarta pada tahun 2010. Kondisi sekolah pada saat penulis belum diangkat belum banyak memiliki prestasi. Sebagai contoh hasil UN yang belum menggembirakan. Berikut disajikan prestasi SLB-B YRTRW Surakarta sebelum penulis menjadi kepala sekolah dari tahun 2005 sampai dengan 2010.
Tabel 1.1. Prestasi Ujian Nasional Tahun 2005-2010
No
Pelaksanaan UN
Rata-rata UN
Keterangan
1
2004/2005
6,50
5 siswa
2
2005/2006
6,40
7 siswa
3
2006/2007
6,40
6 siswa
4
2007/2008
6,50
7 siswa
5
2008/2009
6,30
5 siswa

Selain hasil UN yang belum menggembirakan, prestasi yang terkait dengan kejuaraan atau lomba-lomba juga belum meraih hasil yang optimal sampai tingkat provinsi atau nasional. Berikut hasil perolehan beberapa kejuraan yang pernah diikuti selama lima tahun sebelum penulis diangkat sebagai kepala sekolah di SLB-B YRTRW Surakarta.
Tabel 1.2. Beberapa Lomba Yang pernah Diikuti pada Periode 2005-2010
No.
Jenis Lomba
Hasil
Keterangan
1
Olahraga tahun 2005
Juara Tingkat Kota
Gagal menjadi juara di Tingkat Karesidenan.
2
Mata Pelajaran tahun 2006
Belum Juara
Gagal pada seleksi tingkat Kota
3
Olahraga tahun 2007
Juara Tingkat Karesidenan
Gagal menjadi juara di tingkat Provinsi
4
Festifal seni tahun 2008
Juara Tingkat Kota
Gagal menjadi juara di Tingkat Karesidenan.
5
Mata Pelajaran tahun 2009
Belum Juara
Gagal pada seleksi tingkat Kota

Realitas di lapangan sebelum penulis menjadi kepala sekolah diketahui bahwa pengembangan potensi pendidik dan peserta didik kurang mendapat perhatian yang serius. Dampak yang dirasakan adalah belum optimalnya perolehan prestasi pendidik dan peserta didik dalam bidang akademik maupun non akademik. Masalah lain perhatian dan dukungan komite sekolah dan yayasan dalam penyelenggaraan pendidikan kurang optimal sehingga aktivitas sekolah hanya berjalan pada tataran minimal dan sederhana.
Berbagai upaya sudah pernah dilakukan untuk mengembangkan potensi peserta didik, di antaranya mengirimkan guru-guru untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan, seminar, workshop. Namun, aktivitas tersebut belum menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam konteks peningkatan prestasi peserta didik.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, setelah penulis diangkat sebagai kepala sekolah, penulis berupaya untuk mengubah sekolah yang belum berprestasi menjadi sekolah yang berprestasi. Upaya yang penulis gunakan  adalah menerapkan manajemen strategi Wash Profesional. Strategi Wash Profesional adalah strategi kerja profesional, bekerja sepenuh hati, berpenampilan diri menarik, berkomunikasi bagus, dan pelayanan optimal. Istilah WASH merupakan akronim dari Work, Appearance, Speak, Honour.  

B.        Permasalahan
Berdasar  uraian pada latar belakang dirumuskan sebagai berikut.
1.    Bagaimanakah implementasi strategi pelaksanaan manajemen Wash Profesional di SLB-B YRTRW Surakarta?
2.    Bagaimanakah pencapaian hasil penerapan  manajemen strategi Wash Profesional dalam mewujudkan SLB-B YRTRW Surakarta berprestasi?
3.    Bagaimana dampak dari pelaksanaan strategi Wash Profesional di SLB-B YRTRW Surakarta?




C. Strategi Pemecahan Masalah
1.    Diskripsi Strategi Pemecahan Masalah
           Wash merupakan akronim dari Work, Appearance, Speak, Honour. Strategi pemecahan masalah yang dilakukan di SLB-B YRTRW Surakarta dengan menerapkan manajemen Strategi Wash Profesional yang fokus utamanya pada pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah secara optimal, baik peserta didik, pendidik, orangtua, komite sekolah dan yayasan, serta masyarakat. Kepala sekolah mengoptimalkan peran warga sekolah dalam memberikan kontribusi positif untuk kemajuan sekolah.
WASH (Work, Appearance, Speak, and Honour) merupakan satu kesatuan yang saling berkesinambungan dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Berikut penjabaran dari manajemen strategi WASH PROFESIONAL.
a.    Work Profesional (kerja sepenuh hati), membentuk kesadaran warga sekolah untuk bekerja sepenuh hati, profesional meningkatkan performa disertai dengan mengandalkan insting, kekuatan spiritual, dan keseimbangan antara logika, emosi, dan hati nurani.
b.    Appearence Profesional (berpenampilan menarik), membentuk kesadaran warga sekolah agar berpenampilan menarik, terutama tampak pada penampila wajah yang ceria, berseri-seri, selalu tersenyum dalam setiap bertemu murid maupun orang lain, (inner beauty).
c.    Speak Profesional (komunikasi bagus), upaya ini melalui bagaimana warga sekolah khususnya guru harus mampu berkomunikasi dengan baik. Ucapannya enak didengar, jelas (pesan tersampaikan dengan tepat) menyejukkan, memotivasi, dan memberikan inspirasi.
d.   Honour Profesional (pelayanan maksimal) mewujudkan pelayanan maksimal kepada siapa pun terutama kepada murid. Selain itu guru harus bijak dalam bicara, santun dalam bertindak, peduli, dan baik dalam bersikap.




2.  Tahapan Operasional Pelaksanaannya
Tahapan operasional penerapan manajemen Strategi wash profesional dapat dijelaskan melalui bagan di bawah ini.
       Adapun tahapan operasional pelaksanaannya sebagai berikut.
a.       Mendorong dan membentuk kesadaran warga sekolah untuk bekerja sepenuh hati. Melalui langkah-langkah meningkatkan performa diri disertai dengan mengandalkan instink, kekuatan spiritual dan keseimbangan antara logika, emosi dan hati nurani. Dalam hal ini warga sekolah bersemboyan beramallah untuk duniamu seakan akan engkau akan hidup selama lamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan akan engkau kan mati besok. Upaya yang dilakukan menanamkan keikhlasan guru, kebersihan hati dan kerja keras berdasarkan suara hati. Antara lain dengan melakukan pelayanan terhadap peserta didik melalui proses pembelajaran dengan bersunguh sungguh, mulai dari penerimaan anak, membimbing, mendidik, mengajar, mengarahkan,melatih dan menilai  sampai anak kerasan di sekolah dan memahami akan potensi yang dimiliki anak. Perlakuan ini juga dikoordinasikan dengan orangtua, sehingga apa yang dilaksanakan di sekolah sama degan yang dilakuan di rumah. Kemudian  juga meminta saran dan perbaikan dari orangtua murid demi kemajuan sekolah.
b.      Membentuk kesadaran penampilan diri menarik, dengan langkah guru harus berpenampilan menarik, terutama tampak pada penampilan wajah yang ceria, berseri-seri, selalu tersenyum, sapa dan salam dalam setiap bertemu murid maupun orang lain, (inner beauty). Guru senantiasa diharap dan ditunggu oleh murid  karena ada keyakinan murid akan kemampuan guru dalam mengajar. Kemudian guru harus berpakaian berdasarkan syariat agamanya, bersih dan sehat serta patut/ layak. Langkah ini dilakukan dengan membangun kompetensi diri secara terus menerus, keteladanan guru, menghargai/ memperhatikan orang lain saat mengajak bicara dan selalu berwajah ceria serta kinerja sepenuh hati.
c.       Mewujudkan kesadaran berkomunikasi dengan bagus, upaya ini melalui bagaimana guru harus mampu berkomunikasi dengan baik. Ucapannya enak didengar, jelas (pesan tersampaikan dengan tepat) menyejukkan, memotivasi, dan memberikan inspirasi, baik kepada peserta didik maupun orang lain, walaupun dalam kontek tertentu guru bisa berkata tegas.
d.      Mewujudkan pelayanan maksimal kepada pelanggan,  dengan langkah mengajak warga sekolah wajib memberikan pelayanan maksimal kepada siapa pun terutama kepada peserta didik. Warga sekolah terutama guru harus proaktif dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik. Tugas utama guru adalah memfasilitasi peserta didik atau disebut fasilitator. Memfasilitasi yang dimaksud pada hakekatnya sebagai perwujudan bentuk pelayanan guru kepada peserta didik. Dengan kata lain, pelayanan guru diarahkan pada pembelajaran student centered (berpusat pada peserta didik) bukan teacher centered (berpusat pada guru) dan adanya layanan prima sekolah kepada masyarakat. Pelaksanaanya dengan bijak dalam bicara, santun dalam bertindak, peduli, dan proaktif serta baik dalam bersikap.





BAB II
PEMBAHASAN


A.      Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Alasan pemilihan manajemen strategi wash profesional sebagai alternatif untuk memecahkan masalah dalam konteks pengembangan sekolah berprestasi dilandasi pemikiran bahwa kemajuan sekolah terletak  pada warga sekolah. Oleh karena itu, warga sekolah perlu diberdayakan melalui proses yang direnungkan secara cerdas, yakni melalui manajemen stretegi wash profesional. Alasan lain penerapan manajemen strategi wash profesional dilandasi kondisi keterbatasan sumberdaya manusia dan sarana prasarana yang dimiliki sekolah sehingga semua warga sekolah perlu dibangun kesadarannya   bekerja dengan sungguh sungguh, penuh keikhlasan, dan mencintai lingkungan yang kurang sempurna dengan cara bijaksana.

B.       Hasil Pelaksanaan Manajemen Strategi Wash Profesional
Hasil pelaksanaan program dalam mengembangkan sekolah melalui manajemen strategi Wash profesional di SLB-B YRTRW Surakarta dalam berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut.

                  1.     Kesadaran bekerja sepenuh hati
Sebelum manajemen strategi Wash profesional, warga sekolah kurang memiliki kesadaran kerja sepenuh hati dan sekolah belum dipercaya menyelenggarakan program. Setelah manajemen strategi Wash profesional, adanya keberanian dan keterbukaan warga sekolah serta mempunyai semboyan beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.
Hal ini sebagai wujud pengamalan kerja sepenuh hati dan ikhlas.  Sekolah dipercaya sebagai sekolah pusat sumber Inklusi, menjadi rujukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa baik dari UNS maupun Poltekes Surakarta. Bahkan beberapa sekolah mitra baik dari jawa maupun luar jawa melakukan kunjungan ke sekolah dalam rangka berbagi pengalaman dalam pengelolaan sekolah maupun proses pembelajaran.

                  2.           Berpenampilan Diri Menarik
Sebelum penerapan manajemen strategi Wash profesional, pembelajaran cenderung teacher centered (berpusat pada guru) sehingga peserta didik pasif, dan warga sekolah belum mampu mengembangkan diri. Setelah penerapan
manajemen strategi Wash profesional, penampilan guru sudah meningkat, ditandai pembelajaran sudah mengarah student centered (berpusat pada peserta didik) sehingga peserta didik aktif dan mampu berkreasi. Selain itu terutama guru tampak pada penampilan wajah yang ceria, berseri-seri, senyum, sapa dan salam dalam setiap bertemu peserta didik maupun orang lain,(inner beauty). Guru senantiasa diharap dan ditunggu oleh peserta didik  karena ada keyakinan peserta didik akan kemampuan guru dalam mengajar. Kemudian guru sudah berpakaian berdasarkan syariat agama, tampak bersih, rapi dan sehat serta patut/ layak. Selain itu guru sudah membangun kompetensi diri profesional secara terus menerus, menjadi teladan, menghargai/ memperhatikan orang lain saat mengajak berkomunikasi, serta selalu berwajah ceria dan berseri-seri.



                  3.           Komunikasi Bagus
Sebelum penerapan manajemen strategi Wash profesional, guru belum optimal dalam melakukan komunikasi dengan bagus, baik dalam pembelajaran maupun dengan orang lain, prestasi peserta didik kurang optimal.   
Setelah penerapan manajemen strategi Wash profesional, guru mampu mengaktualisasikan kompetensi dengan mendesaian pembelajaran yang ramah anak dan memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi, adanya peningkatan rata-rata UN dan perolehan berbagai kejuaraan, baik pada tingkat kota, karesidenan, provinsi maupun nasional. Selebihnya, warga sekolah lebih senang karena perolehan prestasi peserta didik dan adanya jalinan kerjasama sekolah dengan perguruan tinggi, sekolah mitra, rumah sakit dan  dengan berbagai lembaga lain.

                  4.           Pelayanan Maksimal
Sebelum penerapan manajemen strategi Wash profesional, pelayanan baru sebatas normatif minimalis. Sementara pelayanan maksimal yang berupa mendidik dengan jiwa kasih sayang belum direalisasikan. Setelah penerapan manajemen strategi Wash profesional,  warga sekolah merasa
senang, bangga, dan nyaman menjadi bagian dari warga SLB-B YRTRW Surakarta. Peserta didik dan pendidik dapat menunjukkan jiwa kasih sayang dalam proses pembelajaran maupun dalam bergaul, seperti sudah dianggap sebagai keluarga sediri sehingga perwujudan pelayanan maksimal ini menempatkan pelanggan (peserta didik, orang tua murid dan warga masyarakat) sebagai raja yang harus dilayani secara prima, cepat dan tanggap, proaktif, serta terpuaskan.
Disamping itu dalam rangka menghasilkan sekolah yang berprestasi baik akademik maupun non akademik dilakukan pembinaan terhadap peserta didik, pendidik dan warga sekolah secara terprogram dan berkelanjutan. Diharapkan prestasi yang telah diraih dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan lagi.
Penerapan manajemen strategi Wash profesional membawa perubahan pola pikir yang dinamis ke arah yang lebih maju kepada warga sekolah, sehingga berdampak signifikan  pada peserta didik dalam memperoleh prestasi, baik prestasi akademik maupun non akademik. Di samping itu, lulusanya dapat diterima di sekolah reguler atau inklusi dan bahkan ada yang diterima di perguruan tinggi. Prestasi ini tentunya juga dibarengi dengan kinerja guru semakin meningkat seperti terlihat dalam grafik berikut ini.
                                                          

C. Dampak Penerapan Strategi Wash Profesional di SLB-B YRTRW Surakarta
Penerapan strategi Wash profesional di SLB-B YRTRW Surakarta berdampak pada:
1.      Kinerja guru meningkat  bersemangat dan inovatif. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran guru sudah memanfaatkan media pembelajaaran. Disamping itu proses pembelajaran sudah mengarah student centered. Guru melaksanakan proses pembelajaran melalui outing class.
2.       Networking (jejaringan) kerja sama semakin luas. Hal ini tercermin SLB-B YRTRW Surakarta sering menerima kunjungan dari perguruan tinggi, dari sekolah-sekolah mitra, maupun instansi lain, seperti kunjungan dari UNY, kerja sama PPL UNS dan Poltekes Surakarta, studi banding SDLB Amuntai Provinsi Kalimantan Selatan, dan juga SDLB Negeri Bangkinang Provinsi Riau, serta kerja sama dengan rumah sakit dalam pendampingan pasien berkebutuhan khusus.
3.      Selain itu, guru mendidik dengan penuh jiwa kasih sayang dan memberikan pelayanan kepada siswa dengan proaktif, cepat dan tanggap serta optimal. Sementara itu, dampak penerapan strategi Wash profesional bisa dilihat dari gambar berikut ini.

E. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Strategi Wash Profesional
Kendala yang dihadapi dalam menerapkan manajemen berbasis wash profesional untuk mengembangkan sekolah berprestasi di antaranya: (1) perubahan pola pikir maju dan dinamis membutuhkan proses dan pentahapan waktu hampir empat tahun; (2) keinginan sekolah melaksanakan kegiatan pengembangan diri (ekstrakurikuler) kurang didukung oleh dana yang cukup; (3) sarana dan prasarana kurang mendukung, guru mengelola pembelajaran menggunakan teknologi komunikasi informasi masih kurang; dan (4) keterlibatan orang tua peserta didik sangat kecil dengan adanya program sekolah gratis.

F.  Faktor-Faktor Pendukung
Beberapa faktor pendukung sebagai penguat penerapan manajemen strategi Wash profesional, di antaranya: (1) kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan memiliki dedikasi yang sangat tinggi untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas; (2) komite sekolah dan yayasan sangat mendukung setiap program yang dibuat sekolah, sehingga memudahkan sekolah dalam mengembangkan sumber daya secara optimal; (3) kepala Dinas Dikpora dan Pengawas memiliki kepedulian dalam membina sekolah binaannya khususnya memberikan motivasi untuk kemajuan sekolah; (4) pemerintah daerah memberikan bantuan BPMKS untuk mendukung program BOS dari pemerintah pusat; dan (5) terjalinnya kerjasama yang erat dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga lain dalam pengembangan sekolah.


G.  Alternatif Pengembangan
1. Internal
Program pengembangan sekolah ke depan harus diarahkan kepada penguatan manajemen strategi Wash profesional, guru khususnya dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui kegiatan pengembangan diri, publikasi ilmiah, studi lanjut, dan karya inovatif. Internalisasi dari manajemen strategi Wash profesional Guru akan memberikan kontribusi positif dalam pengelolaan pembelajaran yang multimakna.
Kepala sekolah harus senantiasa memberi motivasi terhadap mereka yang kurang mendukung program karena berbagai kondisi, sehingga bisa memahami, menerima, dan mendukung dengan tulus. Di samping itu, membangun kebersamaan dengan warga sekolah, menciptakan transparansi, dan akuntabilitas kinerja akan memantapkan sistem yang sudah disepakati dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

2.      Eksternal
Melakukan diseminasi manajemen strategi Wash profesional yang sudah dilakukan SLB-B YRTRW Surakarta ke musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS) ke sekolah-sekolah sehingga pengembangan sekolah mitra dapat dilakukan secara holistik dapat berimbas ke peningkatan mutu sekolah.











BAB III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.      Simpulan
Uraian pengalaman mengelola sekolah sebagaimana diuraikan pada bab-bab terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut.
             1.     Pengembangan sekolah melalui manajemen strategi Wash profesional di SLB-B YRTRW Surakarta dilakukan dengan empat program pokok, yakni (1) pembentukan kesadaran warga sekolah untuk bekerja sepenuh hati; (2) berpenampilan menarik; (3) berkomukiasi dengan bagus; dan (4) pelayanan maksimal sebagai  bentuk penghargaan yang diterima oleh warga sekolah.
             2.     Hasil dari pelaksanaan manajemen strategi Wash profesional di SLB-B YRTRW Surakarta adalah (1) terbentuknya kesadaran warga sekolah untuk  bekerja sepenuh hati dan kerja keras, didefinisikan sebagai kemampuan mencurahkan atau mengerahkan seluruh usaha dan kesungguhan, potensi yang dimiliki sampai akhir masa suatu urusan hingga tujuan tercapai. Adapun dapat ditunjukkan guru bekerja ikhlas dan sungguh-sungguh, bekerja melebihi target dan produktif. Semua ini dilakukan untuk kemajuan sekolah; (2) terbentuknya penampilan diri yang menarik, penampilan guru dengan wajah ceria, berseri-seri, selalu tersenyum mencerminkan pribadi yang memiliki inner beauty (keindahan atau kecantikan dari dalam diri guru); (3) terjalinnya komunikasi yang bagus antara guru, murid, orang tua murid karena ucapan-ucapannya enak didengar, jelas, menyejukkan, memotivasi, dan memberikan inspirasi; serta (4)  terwujudnya pelayanan yang maksimal, guru melayani murid dengan penuh jiwa kasih sayang, maksudnya kemampuan guru untuk membantu atau melayani untuk memenuhi kebutuhan murid agar potensi dapat diberdayakan secara optimal. Hal tersebut menjadikan terwujudnya  peningkatan prestasi akademik maupun non akademik. Sebagai bukti di bidang akademik bahwa prestasi nilai UN dari tahun ke tahun meningkat, disamping itu pada tahun 2015 ini memperoleh juara III OSN tingkat provinsi Jawa Tengah. Kemudian bidang non akademik memperoleh juara harapan II tingkat Nasional cabang bulutangkis, Juara II Tingkat Nasional merias wajah dan kuku dan juara II tingkat Provinsi JawaTengah cabang modeling.
             3.     Adapun dampak, terjalinnya Networking (jejaring) kerja sama yang semakin luas. Hal ini tercermin SLB-B YRTRW Surakarta sering menerima kunjungan dari perguruan tinggi, dari sekolah-sekolah mitra, maupun instansi lain, seperti kunjungan dari UNY, kerja sama PPL UNS dan Poltekes Surakarta, studi banding SDLB Amuntai Provinsi Kalimantan Selatan, dan juga SDLB Negeri Bangkinang Provinsi Riau, serta kerja sama dengan rumah sakit dalam pendampingan pasien berkebutuhan khusus.

B.       Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, direkomendasikan: (1) sekolah perlu melakukan penguatan melalui kerjasama, keterbukaan, dan membentuk  tim work dengan melakukan analisis strengths, weakness, opportunities, threats (SWOT); (2) guru perlu melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) dengan memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk mengoptimalkan pencapaian ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kerangka pembentukan karakter; dan (3)  diseminasi manajemen strategi Wash profesional yang sudah dilakukan SLB-B YRTRW Surakarta ke Musyawarah Kerja Kepala  Sekolah (MKKS) perlu ditindak lanjuti ke sekolah-sekolah mitra sehingga pengembangan sekolah dapat dilakukan secara holistik.









DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2008. Kinerja Staf dan Organisasi. Bandung: Pustaka Setia.
Davis, Tony. 2007. Talent Assessment, Mengukur, Menilai, dan Menyeleksi Orang-orang Terbaik dalam Perusahaan. Jakarta: PPM.
Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Hidayatullah, Furqon. 2011. Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG). Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Hidayatullah, Furqon. 2011. “Membangun Budaya Kerja Berbasis “WASH”. Makalah disajikan dalam Diklat MBS, Balai Pengembangan Pendidikan Khusus, Semarang  23 September.
Moedjiarto. 2002. Sekolah Unggul Metodologi untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jakarta: CV Duta Graha Pustaka.
Nurhasanah. 2007. Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia untuk SD & SMP. Jakarta: PT Bina Sarana Pustaka.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional  Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Profil SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015
Soedarsono, Soemarno. 2008. Hasrat untuk Berubah (The Willingness to Change). Jakarta: PT Elex media Komputindo-Kelompok Gramedia.
Sudjana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Terry, George. R. 1968. Asas-asas Manajemen. (Terjemahan Winardi). Bandung : Alumni.